Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP) Bekasi

Artikel

Bersama Membangun Budaya Kerja yang Beradab

Bersama Membangun Budaya Kerja yang Beradab

Selasa, 14 Mei 2024 by Administrator

(Oleh: Syamsiah, S.T)

Dunia kerja diisi oleh orang-orang yang sudah dianggap dewasa (usia 18+). Pada dunia kerja Aparatur Sipil Negara (ASN), banyak orang yang sebelumnya sudah beberapa tahun bekerja di perusahan-perusahaan swasta. Sehingga rata-rata orang memutuskan menjadi ASN di usia jelang 30-an. Usia ini di pelbagai perusahaan multinasional sudah dianggap bisa memasuki level manajerial. Level di mana seseorang tidak lagi sekedar mengatur pola kerja dirinya. Tapi juga membangun pola dan budaya kerja tim yang kondusif. Agar hasil kerja menjadi optimal dan bersesuaian dengan yang diharapkan.

Nyatanya, banyaknya usia tidak menjadi jaminan kedewasaan seseorang. Betapa banyak di antara kita yang masih senang bersikap “lempar batu sembunyi tangan”.  Sikap ini dimiliki orang-orang yang tidak mau kesalahannya diketahui. Lantas mencari orang lain sebagai korban untuk dipersalahkan.

Atau kadang memang sengaja melakukan hal tersebut demi agar bisa menaikkan namanya. Sambil menjatuhkan nama baik seseorang yang dianggap sebagai saingannya. Terlebih jika lingkungan kerjanya ternyata senang bergosip dan mudah mempercayainya tanpa memeriksa langsung kebenarannya.  

Sering kali, ada orang-orang tertentu yang buru-buru memberikan informasi negatif tentang seseorang yang saat itu kita sedang ingin memulai interaksi dengannya. Ada yang langsung mengingatkan tentang pengalaman-pengalaman negatif dengannya. Adapula yang menambahkan dengan dibumbui kebohongan-kebohongan atau fitnah.

Hal inilah yang sering kali membuat seseorang mundur teratur dari niat awalnya untuk bekerja sama. Hal tersebut membuat seseorang atau sekelompok orang menjadi sibuk dengan urusan orang lain ketimbang ketimbang urusan pekerjaannya dan urusan organisasi. Satu orang yang selalu berpikiran negatif tentunya dapat menularkan kepada rekan kerja lainnya.

Tidak perlu sampai sesadis itu dalam bersaing di dunia kerja. Karena bekerja adalah bagaimana mengambil dan menjalankan peran di dalam tim tanpa perlu merasa bersaing dengan orang yang ada di dalam tim tersebut. Dengan menghambat perkembangan potensi seseorang di organisasi, sama saja menghambat tumbuh-kembangnya organisasi. 

Jika pun ingin bersaing, maka gunakanlah persaingan sehat dengan menggali potensi dan keunggulan diri dalam bekerja. Bukan dengan menjatuhkan nama baik orang lain. Menjatuhkan nama baik orang lain sama saja menyadari ketidakmampuan diri di bidang tersebut.

Homo Homini Lupus di Zaman Modern

Metode ini dikenal dengan istilah Homo Homini Lupus, yang berarti manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Metode mempertahankan eksistensi diri yang dilakukan di zaman purba. Di zaman itu, saling terkam satu sama lain atau kanibalisme dilakukan secara nyata. Di zaman sekarang, kanibalisme masih banyak dilakukan namun secara tidak kasat mata. Jika orang-orang purba melakukan kanibalisme fisik. Maka kini, kanibalisme dilakukan pada karakter.

Justru kanibalisme karakter ini lebih berat. Sebelum kematian yang sesungguhnya, karakternya sudah dimatikan. Sehingga ia tidak lagi punya ruang gerak untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Yang ada hanya aktivitas sekedar penyambung hidup karena sudah telanjur bekerja sebagai pegawai.

Evolusi dan perubahan zaman mestinya dapat membuat kita mampu mengubah metode bertahan hidup. Sebagai manusia modern yang sudah berakal budi, mestinya metode seperti ini sudah tidak berlaku lagi. Manusia modern sudah mesti mengubah metode bertahan hidupnya dengan cara yang lebih bermoral dan mengindahkan norma-norma yang berlaku.

Perlunya Membangun Kesadaran Individual

Tiap-tiap kita diciptakan dengan keunikan diri masing-masing. Keunikan diri itulah letak nilai diri kita masing-masing. Tidak perlu memaksakan diri menjalankan peran yang tidak dikuasai hanya demi agar terlihat hebat. Justru pemaksaan ini adalah bentuk kedzoliman pada diri sendiri dan pada lingkungan sekitar. Pada diri sendiri, hasil kerja menjadi tidak optimal. Orang-orang seperti ini bukannya mendukung perkembangan organisasi, malah men-down grade kualitas organisasi. Sehingga nama besar organisasi pun turut tercoreng.

Untuk itu, amat sangat diperlukan memunculkan kesadaran dalam diri akan peran-peran individual berdasar keunikan dan kapasitas diri. Pentingnya menyadari bahwa tiap-tiap kita memiliki latar belakang, kemampuan, bakat, serta minat yang berbeda-beda. Kesadaran ini akan mendorong diri masing-masing untuk menggali potensi diri yang ada. Sehingga tidak silau dan iri melihat potensi orang lain yang bermanfaat bagi organisasi. Karena tiap individu sudah berkembang kemampuannya masing-masing dan mampu mengembangkan organisasi sesuai dengan kapasitas diri.

Namun, memunculkan kesadaran ini tidaklah mudah. Ego dalam diri sering kali menutupnya. Ego ingin terlihat sebagai yang terbaik di berbagai bidang. Padahal kenyataannya, tidak ada manusia super yang mampu mengerjakan segala hal dengan kinerja terbaik. Tiap-tiap kita pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Untuk itulah pentingnya kolaborasi demi tumbuh-kembangnya organisasi. Bukan kepentingan sesaat individu dan kelompok belaka.  

Menjadi Manusia yang Beradab

Agar menjadi manusia yang beradab, tunjukkan lah kedewasaan dalam bersikap, berinteraksi, dan bekerja. Baik bekerja secara pribadi maupun bekerja di dalam tim. Pertama, selalu hati-hati dalam menerima informasi yang belum diketahui kebenarannya. Jangan mudah terpancing untuk segera menyebarkan gosip-gosip yang beredar.  Lakukan cross check ulang. Jika itu bukan urusan kita, lebih baik tidak usah cari-cari tahu. Hal ini hanya akan menjadikan kita sebagai manusia pemakan gosip mentah-mentah.

Kedua, tidak mudah terpancing ketika ada yang pendapat yang berseberangan. Perbedaan pendapat itu adalah fitrah karena kita masing-masing memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Hal ini membentuk pola pikir yang juga berbeda-beda. Perbedaan  pendapat musti disikapi dengan saling menghormati dan mengambil jalan tengahnya. Tentunya dengan mempertimbangkan nilai, norma, dan peraturan yang berlaku.

Ketiga, sadarilah masing-masing diri ini diciptakan dengan kapasitas yang berbeda-beda. Jangan memaksakan diri pada hal yang bukan area kemampuannya. Apalagi sampai mengambil area kerja orang lain sambil terus-menerus menghembuskan isu negatif terkait orang tersebut. Sadari bahwa keberadaan kita masing-masing pasti sudah mempunyai amanah masing-masing. Amatlah penting untuk mengembangkan potensi diri agar turut andil dalam menyinari tumbuh-kembangnya ornagisasi. Bukan justru memadamkannya dengan menyinyiri orang lain yang sedang berusaha bekerja baik

Sebagai manusia yang berdab, kita musti menyadari bahwa segala sesuatu yang kita lakukan pasti ada balasannya. Baik itu hal yang baik ataupun hal yang buruk. Maka taburlah kebaikan dengan sebanyak mungkin tanpa perlu mengharap imbal balasan langsung. Karena hanya Allah-lah yang tahu kapan segala kebaikan dan keburukan kita akan mendapat balasannya.

Terakhir, mari kita bersama-sama bekerja sebaik mungkin untuk membangun negeri ini. Bukan sekedar kepentingan individual atau kelompok. Dengan bekerja beradab, mari bersama kita bangun negeri ini.

Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Bekasi

Alamat : Jalan Guntur Raya No.1, Kelurahan Kayuringin Jaya, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Jawa Barat 17144

Telp : +62 813-1964-8363

Facebook

Profil BBPVP Bekasi

Social Links

Statistik Pengunjung