Artikel

Meraih Diri Lebih Dalam
Rabu, 23 April 2025 by AdministratorKawan, sudah seberapa jauh kita meninggalkan diri kita sendiri?
Terbang jauh ke tempat-tempat tertentu demi mencari kedamaian
Namun kedamaian yang dicari malah semakin menjauh
Kau hanya mendapat ketenangan sementara namun kembali hampa setelahnya
Bahkan bisa menambah keruwetan karena masalah yang diadapi tak kunjung selesai.
Lalu, kau pun mengikuti saran untuk mencoba berbagai hal
Demi agar bisa menggapai ketenangan dan menemukan kesejatian diri
Namun, isi dalam hati ini malah saling terbentur satu sama lain.
Kegaduhan dalam diri semakin membesar dan tak kunjung henti.
Kawan, mengapa kita senang mendengarkan saran dari luar ketimbang mendengarkan suara hati kita?
Sudah berapa lama suara hati kita diabaikan?
Padahal itu adalah petunjuk dari Sang Ilahi untuk mencapai ketenangan dan kesejatian diri
Kau abaikan dan kau tutupi dengan rasa puas atas pencapaian-pencapaianmu
Pencapaian-pencapaianmu hanyalah kebhagaian sesaat
Ia tidak menghilangkan rasa lelahmu
Karena yang kau lakukan itu bukan tentangmu
Tapi tentang mengikuti tuntutan dari luar dirimu
Kau mengikutinya terus-menerus hingga menimbukan gangguan kecemasan
Sudah berapa banyak orang yang mengalami gangguan kecemasan karena mereka selalu mengikuti tuntutan dari luar diri?
Apakah kau mau menjadikan dirimu sebagai korban berikutnya?
Kawan, kita sibuk dengan keramaian di luar kita
Padahal, semakin jauh kita melangkah, maka semakin kehilangan diri sendiri
Demi mengikuti tuntutan-tuntutan yang bukan kita inginkan
Kawan, pernahkah kita bertanya, apa dasar tuntutan-tuntutan itu hingga kita mesti mengikutinya?
Bukankah itu hanya tuntutan-tuntutan yang tidak memiliki dasar yang kuat?
Sering kali tuntutan-tuntutan itu bertentangan dengan kata hati dan nilai-nilai yang dianut
Kawan, sudah sering tubuhmu menegur perilakumu yang tak sesuai dengan kata hatimu
Lewat kelelahan-kelelahanmu yang terus kau biarkan dan kau abaikan
Lalu kelelahan itu terus bertumpuk menjadi penyakit
Kau pun bertanya, dari mana datangnya penyakit ini?
Namun kau abaikan sinyal tubuhmu yang sudah kelelahan
Bersemayam dengan luka-luka yang terus menyertai keseharian
Membekas dalam perilaku yang kau sendiri sebenarnya tidak ingin melakukannya.
Namun, lagi-lagi perilaku itu kau lakukan lagi dan lagi
Demi agar tak berbeda dan diterima lingkungan
Kemudian kau mencari obat penyembuh
Namun ternyata obat itu hanya menyembuhkan sementara
Penyakit itu datang lagi dan lagi
Dan kau pun bertanya, mengapa penyakit ini kerap datang padaku?
Kawan, tempat ketenangan itu bukan ada di luar
Tapi ada dalam dirimu
Bukan dengan mengikuti tuntutan sekitarmu
Tapi ikuti kata hatimu
Kau takut dicap berbeda dan dikucilkan hanya karena ikuti kata hati
Setiap datang masalah, kau selalu meminta saran dari orang sekitarmu agar bisa sesuai dengan kemauan orang banyak
Kau pun menjadi ragu akan dirimu sendiri
Kamu menjadi orang yang tidak percaya diri
Kawan, tahukah kamu bahwa kata hati itu berasal dari bisikan ilahi
Bagaimana pun kamu menolaknya, ia akan terus bicara
Lewat pikiranmu yang kian terguncang
Lewat perilakumu yang selalu meragukan diri sendiri
Lewat kelelahan-kelelahan yang kau biarkan dan tertimbun menjadi penyakit
Apapun penolakanmu, Sang Ilahi akan terus bicara
Ia ingin kau kembali pada-Nya
Karena ia Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Maka, kembalilah
Dengan hati yang tenang.
Karena Ia telah berseru,
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku”
(Oleh: Syamsiah, S,T)