Artikel

Gosip di Lingkungan Kerja, Bagaimana Menyikapinya?
Jumat, 17 Mei 2024 by Administrator(oleh: Syamsiah, S.T)
Dunia kerja menempatkan kita sebagai makhluk sosial yang musti saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi dapat membuat seseorang mendapatkan berbagai informasi baik yang terkait langsung maupun yang tidak terkait langsung dengan pekerjaann. Fungsi lain interaksi adalah agar dapat terbentuk pola sosialisasi sehingga dapat berdaptasi dengan lingkungan kerjanya. Kemampuan individu untuk berdaptasi dengan lingkungan kerjanya tentunya sangat berpengaruh pada eksistensi diri.
Hal yang paling banyak dilakukan dalam berinteraksi adalah dengan saling bertukar informasi. Dengan informasi, seseorang dapat saling mengenal satu sama lain. Selain itu, juga dapat saling memberikan informasi tentang hal-hal yang ada di luar diri namun masih dibutuhkan karena terkait dengan pekerjaannya. Biasanya informasi tersebut tentang hal-hal yang ada di lingkungan kerja di sekitar kita.
Dalam berinteraksi, tentunya sering ditemukan perbedaan norma dan nilai yang dianut. Pada banyak orang yang sudah mampu mendewasakan diri dalam menyikapi beragam perbedaan, hal ini tidak lah menjadi masalah. Kemungkinan hanya menjadi bahan obrolan ringan di sela-sela interaksi.
Namun, ada banyak pula yang menjadikan obrolan ringan ini sebagai ajang berkeluh kesah. Keluh-kesah ini berawal dari subjektivitas individu atas ketidaksesuaian dengan yang diharapkan. Keluh-kesah dapat berkembang menjadi gosip yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Permasalahannya, sering kali para pendengar keluh kesah ini ikut terhasut infomasi yang tidak jelas ini.
Pandailah Memilah Informasi
Kenyataannya, tidak seluruh pertukaran data tersebut dapat dikategorikan sebagai informasi karena belum tentu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Pola sosialisasi di lingkungan kerja yang senang bergosip membuat seseorang enggan melakukan cek ulang atas kebenaran informasi yang didapatkan. Kemalasan menjadikan gosip-gosip yang tersebar langsung dianggap sebagai kebenaran. Efeknya, orang-orang yang terpengaruh gosip yang belum tentu benar ini enggan dan bahkan tidak mau berinteraksi dengan orang-orang yang digosipkan.
Terlebih, ada pihak-pihak tertentu yang sangat dominan yang menjadikan dirinya sebagai sumber kebenaran. Padahal manusia manapun pasti pernah melakukan kesalahan. Orang-orang seperti ini bermaksud menutupi kesalahannya dengan mengkambinghitamkan orang lain yang sangat memungkinkan. Berbagai argumentasi pun mereka kemukakakan demi menjaga nama baik mereka. Sehingga, mereka yang digosipkan pun menjadi terkucilkan. Padahal belum tentu melakukan hal-hal yang diceritakan dalam gosip-gosip tersebut.
Para korban gosip akan terus menjadi sorotan para pembuat masalah, sekecil apapun kesalahannya. Hal ini dilakukan para pembuat masalah untuk mengamankan dirinya dari tanggung jawab atas masalah-masalah yang kerap mereka buat. Sebesar apa pun masalah yang mereka perbuat, akan selalu ditutupi dengan menyebar gosip tentang kambing hitamnya.
Orang-orang yang telah dijadikan kambing hitam olah para pembuat masalah, meskipun ia tidak melakukan kesalahan, tetapi selalu diinfokan sebagai orang yang paling banyak salah. Padahal jika hal itu terdengar dilakukan oleh yang lain, semua menjadi termaafkan, bahkan dianggap sebagai hal yang lumrah.
Orang-orang yang melakukan standar ganda hanya mencari aman untuk dirinya sendiri. Tujuannya adalah menjatuhkan kambing hitamnya yang selama ini dianggapnya sebagai musuh. Karena dianggap mengancam kepentingannya yang bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan kemajuan kebersamaan. Hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompoknya semata.
Cek Ulang Validitas Data/Informasi
Lingkungan kerja yang berisi orang-orang yang berpendidikan, mestinya lebih bisa menyaring keabsahan suatu informasi ketimbang langsung menelannya bulat-bulat. Orang-orang berpendidikan tentunya sudah mempelajari bagaimana mengolah data menjadi informasi. Jika ditemukan data yang tidak valid, maka data tersebut tidak layak menjadi informasi.
Validitas data diperoleh ketika dilakukan cek ulang kebenaran data tersebut langsung pada sumber terkait. Cek ulang validitas data dan informasi tidak sekedar klarifikasi langsung pada sumber terkait. Tetapi juga dengan melakukan interaksi berulang. Sehingga data yang diperoleh bukan sekedar sampel. Tapi sudah kumpulan data yang valid yang dapat dipertanggungjawabkan dan tidak sekedar berdasar salah satu sudut pandang saja.
Kembali ke Norma dan Nilai yang Benar
Untuk itu, amat penting untuk menyadari bahwa dalam berkehidupan, kita selalu dibatasi dengan norma dan nilai. Masing-masing kita adalah penganut umat beragama yang pastinya diajarkan nilai-nilai kebenaran dan kasih. Nilai kebenaran berasal dari bisikan hati yang paling dalam. Hati yang terbuka pasti condong pada nilai-nilai kebenaran. Jika hati menolak, sudah pasti hal tersebut bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran. Nilai-nilai kebenaran pasti tidak akan merugikan siapa pun, kecuali orang-orang yang gemar membuat masalah.
Namun banyak orang yang melakukan hal-hal yang merugikan sesama juga mengaku berdasar kata hatinya. Orang-orang seperti ini sebenarnya mata hatinya sudah tertutup. Yang ia katakan kata hatinya adalah nafsunya belaka. Sehingga ia memandang indah keburukan dan kesalahan yang dilakukannya.
Janganlah mengaku sebagai umat beragama jika masih suka menebar dan mempercayai info yang tidak valid. Karena hal inilah yang menyebabkan kekacauan dan permusuhan di lingkungan kerja. Untuk itu, ada baiknya setiap kita tengok diri kita masing-masing. Sudah seberapa jauh norma dan nilai kebenaran telah kita tinggalkan?